Broken Heart (Part Bonus)

Assalamu'alaikum wr wb.

Selamat Pagi Kesiangan :D





Lahir dan besar di Bumi Melayu, aku sejak masih sekolah sudah terbiasa menyaksikan Tari Persembahan yang kerap ditampilkan di berbagai acara resmi. Biasanya, Tari Persembahan ini dibawakan oleh penari berjumlah 5-9 orang dimana ada satu orang penari yang berada di posisi tengah memegang tepak*, sang ujung tombak. Tepak sendiri berisi sirih (di beberapa tempat ada yang menggantinya dengan permen) sebagai sajian kepada tamu. Penyuguhan sirih ini merupakan tanda penghormatan kepada tamu, juga sebagai bukti keramahan dan ketulusan persahabatan orang Melayu.


Bicara soal penari yang memegang tepak, aku menyebutnya sebagai ujung tombak lantaran penari yang mendapat posisi itu biasanya merupakan penari yang paling cantik di antara penari lain. Selain dari segi fisik, kemampuan menari dari pemegang tepak juga mesti lebih baik dari yang lain. Ketika aku masih SMA, penari yang memegang tepak  adalah cewek paling cantik di sanggar tari sekolahku yang kebetulan juga merupakan primadona sekolah.


Pagi ini, aku kembali menyaksikan Tari Persembahan di acara pembukaan expo fakultas tetangga. Atasanku, wakil gubernur mahasiswa yang ditinggal gubernurnya—ralat: gubernur kami—pergi PKL keluar daerah, memintaku untuk menemaninya menghadiri undangan dari BEM fakultas sebelah. Aku yang kebetulan tidak memiliki jadwal pagi pun mengiyakan ajakannya.


Seperti yang tadi kubilang, penari yang memegang tepak biasanya penari paling cantik dari yang lain. Aku tidak terpesona melihat kecantikan dari penari yang memegang tepak, tapi kemampuan menarinya memang cukup luar biasa. Baik dari gerakan maupun mimik wajah, aku bisa melihat kepercayaan diri yang hebat ditampilkannya. Meskipun aku bukan ahli soal tari, tapi pembawaan dari si pemegang tepak patut mendapat acungan jempol. Dia benar-benar tampil maksimal.


Terlihat terlalu serius memperhatikan si pemegang tepak, aku disikut oleh Ragil, si wakil gubernur.

“Biasa aja kali mandangnya, Fi” sindirnya.

“Emang biasa aja kok”

Setelah acara formal selesai, kami bersalaman dengan Dekan dan beberapa tamu undangan lainnya, berfoto-foto sebentar dan menikmati snack yang disajikan oleh panitia. Di panggung, sepasang pembawa acara masuk menggantikan pembawa acara formal sebelumnya. Acara hiburan. Aku tidak terlalu memperhatikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembawa acara dikarenakan asyik berdiskusi dengan gubernur tuan rumah dan beberapa tamu undangan terkait perkembangan di fakultas masing-masing. Suara musik terdengar kemudian dari arah panggung, seseorang pasti akan tampil menyanyi. Kupalingkan wajah ke arah panggung untuk melihat siapa yang menyanyi. Seorang perempuan dengan pakaian penari persembahan. Aku memicingkan mata untuk dapat melihat dengan jelas wajahnya. Ternyata si pemegang tepak!
Seorang penari, juga penyanyi. Luar biasa.

Don't tell me you're sorry 'cause you're not
Baby when i know you're only sorry you got caught
But you put on quite a show 
Really had me going
But now it's time to go 
Curtain's finally closing 
That was quite a show 
Very entertaining 
But it's over now 
Go on and take a bow**


“Sekedar info buat teman-teman, penyanyi di depan merupakan Sekretaris Eksekutif dari BEM FMIPA” ucap Kevin, Gubma tuan rumah, dengan nada membangga. Wajar aja sih, selain cantik, sekretarisnya juga multi talenta.

***

Sore harinya, aku diminta untuk menggantikan Ragil menghadiri acara ramah tamah di BEM Universitas. Padahal, ada Sekum, Bendum dan Kadis-kadis lain yang tidak ada jadwal juga.

“Kadis Sospol itu mesti banyak-banyak bersosialisasi, bro. Apalagi di BEM Universitas. Ini bagian dari politik” ujarnya memberikan alibi yang jelas sangat dipaksakan. Walau alasannya gak realistis, aku akhirnya mengiyakan juga. Bukan lantaran untuk bersosialisasi atau apalah itu yang dikatakan Ragil, tapi berhubungan dengan acara itu sendiri. Acara ramah tamah kelembagaan se-universitas seminggu menjelang progress report caturwulan pertama BEM Universitas. Cukup mencurigakan, kurasa. Firasatku mengatakan acara tersebut pastilah dimaksudkan untuk  “mengamankan” pleno caturwulan pertama kepengurusan BEM Universitas guna menghindari chaos di hari H nantinya.


Pukul empat tepat, aku baru keluar dari kelas usai kuliah berbobot 2 sks. Bergegas sholat ashar di mushola kemudian beranjak ke sekre BEM Universitas. Di dalam, beberapa perwakilan dari BEM Fakultas, UKM dan pengurus BEM Universitas sudah berkumpul. Tampaknya acara belum dimulai. Aku menyalami beberapa teman-teman yang sudah di dalam dan mengambil tempat duduk di bagian belakang.


Beberapa menit kemudian, Presiden Mahasiswa datang. Acara pun dimulai. Setelah dibuka oleh MC, Presiden Mahasiswa pun menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan. Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi terbuka terkait kinerja BEM universitas. Benar dugaanku, ini sih, pleno sebelum pleno namanya.
Sambil berdiskusi, masing-masing dari kami juga mengisi daftar hadir yang diedarkan. Ketika daftar hadir tiba di tanganku, aku iseng melihat nama-nama perwakilan yang hadir.

Cek

Cek

Cek

Cek

Cek

Cek

Cek

Cek

Evelyn Anindya Shera
Sektif
BEM FMIPA

Eitts, ini si pemegang tepak !
Pandanganku menyapu ke arah depan. Memastikan kehadiran si pemegang tepak. Nihil. Aku tak bisa menebak di mana dia berada di antara orang-orang yang duduk di depan.

Acara kemudian berakhir sekitar pukul setengah enam. Seperti biasa, acara selalu ditutup dengan kegiatan berfoto bersama, untuk dokumentasi. Aku dapat bagian baris di paling pinggir kanan belakang. Agak jauh dari barisan perempuan yang di tengah depan. Semakin mengecilkan kemungkinan untuk melihat si pemegang tepak.

Usai berpamitan, aku melangkah ke parkiran untuk mengambil motor dan pulang.

“Gubernur FE, ya ?” tanya seseorang di sampingku. Aku yang baru saja menurunkan kaca helm, kembali menaikkan kacanya. Setengah kaget begitu menyadari bahwa yang bicara adalah si pemegang tepak. Jilbab soft-pink menjulur menutupi dada, dipadu dengan kaos dongker lengan panjang dan jins hitam membalut kakinya. Wajahnya tampak begitu cantik bahkan tanpa polesan lebay khas penari.Tanpa bulu mata palsu, bulu matanya melentik bak jari-jari yang tengah menari. Bibirnya merah terang alami, walau tanpa lipstik.

“Ehh, bukan. Aku Kadis Sospolnya. Kamu yang nari di Expo MIPA tadi, kan ?” tanyaku balik.

“I-Iya. Kok tau ?”

“Siapa sih, yang gak tahu sama Ibu Sektif MIPA yang multi talenta ini coba ?” gurauku.

“Emangnya tahu namaku siapa ?”

“Belum, hehehe” Aku tertawa garing “siapa namanya, Bu ?” Basa-basi. Aku jelas tahu namanya di absen tadi.

“Hahahaha. Tadi katanya tahu” ucapnya menyindir “Namaku Evelyn, Matematika 2012”

Evelyn mengulurkan tangan. Aku grogi, kemudian cepat menangkupkan kedua tangan di depan dada. Evelyn yang menyadari aku tidak menyambut jabat tangannya menarik kembali tangannya dan ikut  menangkupkan kedua tangan di depan dada juga.

“Alfi, Akuntansi 2012”

***

Jika cinta menjadi disiplin ilmu, akan masuk kategori apakah dia ? Eksakta atau Non-Eksakta ? Aku tidak tahu.

Pada akhirnya, keseluruhan hidup kita adalah sebuah kepastian dari Tuhan yang dinamai takdir. Ketidakpastian menjadi jalan yang kita lalui menuju takdir, di mana cinta berada di tengahnya.

Bertemu dengan Evelyn ? Itu adalah takdir. Jatuh cinta padanya ? Aku tidak tahu.


Seminggu kemudian, aku kembali bertemu dengan Evelyn di acara pleno BEM Universitas. Aku sempat mengobrol dengannya sebentar sebelum memasuki ruangan acara. Ragil dan Kevin yang melihat aku tiba-tiba jadi akrab dengan Evelyn kompak men-ciee-kan kami berdua. Mengabaikan marwah jabatan mereka di kelembagaan masing-masing, mengolok-olok persis seperti anak SMP. Aku sampai heran bagaimana bisa mereka berdua bisa jadi begitu kekanakannya. Aku cuman bisa menimpuk kepala Ragil, sementara Kevin mendapat cubitan pedas dari Evelyn.

Pembahasan progress report dimulai dengan  pertanyaan yang kuajukan ke salah satu kementerian. Ketika acara ramah tamah, aku memang sengaja tidak berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi agar bisa mengajukan beberapa pertanyaan yang kuanggap memang krusial untuk dibahas di pleno ini ketimbang dibahas di acara ramah tamah kemarin. Pertanyaanku sederhana sebenarnya, cuman mempersoalkan proker yang tidak terlaksana dan kordinasi antara kementerian tersebut dengan dinas terkait di fakultas-fakultas. Pertanyaan yang sebenarnya bisa jadi jebakan jika salah ditanggapi. Kesalahan menanggapi itupun benar terjadi, memicu delegasi-delegasi lain yang hadir di pleno buka suara. Terpancing dengan nada-nada tinggi dan kalimat dari delegasi yang bertanya, pihak kementerian yang ditanyai berang. Menunjukkan ego superior mereka sebagai kelembagaan tertinggi di universitas. Delegasi peserta pleno tentu saja tidak senang, semakin mendiskreditkan kinerja dari kementerian yang bersangkutan. Beruntung, keadaan tidak benar-benar chaos karena cepat ditengahi langsung dari Presma.

“Tuh, hampir aja bentrok. Dasar trouble maker ” Ragil berbisik pelan.

“Kukira kemarin kalian di BEM ngasih aku gelar problem-solver deh, Gil”

“Hahahahaha”

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya terasa membosankan buatku lantaran pertanyaannya nyaris sama dengan pembahasan di acara ramah tamah itu.

“Ya. Silahkan pertanyaan dari delegasi BEM FMIPA” ucap pimpinan sidang. Aku melirik ke arah Kevin dkk. yang hanya berjarak beberapa kursi di sampingku. Seorang perempuan berdiri. Evelyn.

“Karena tadi dipersilahkan untuk bertanya ke bagian mana saja tanpa urutan, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada bapak Presiden yang terhormat.” kata Evelyn “ Menurut anda sendiri, selaku pucuk pimpinan dari kelembagaan mahasiswa tertinggi di universitas, mana yang lebih penting, ketercapaian proker atau kekompakan anggota ?”

Kalimatnya lugas, tertata dan disampaikan dengan sangat percaya diri. Semua diucapkannya mengalir begitu saja.

“Menurut saya, tidak ada yang lebih penting. Keduanya sama pentingnya, baik ketercapaian proker maupun kekompakan anggota” jawab Presma dengan mantap. Anggotanya riuh bertepuk tangan di belakang.

“Saya meminta anda untuk memilih salah satunya, pak. Pasti ada yang lebih dipentingkan di antara keduanya”

“Jika memang permintaannya seperti itu, saya memilih kekompakan anggota ketimbang ketercapaian proker”

“Berarti, jika proker tidak berjalan gak masalah, yang penting anggota kompak, seperti itu ?”

Astaga! Itu pertanyaan jebakan juga. Hebatnya lagi, pertanyaan itu langsung ditujukan ke orang nomer 1 di kelembagaan mahasiswa se-universitas.

“Pertanyaan saya tadi sebenarnya tidak hanya berlaku buat rekan-rekan di BEM Univ saja, tapi juga untuk kita semua yang berkecimpung di kelembagaan mahasiswa. Antara ketercapaian proker dan kekompakan anggota, kita memang harus bisa memberikan porsi yang tepat untuk keduanya. Orientasi dan fokus kita terhadap keduanya itulah yang nantinya akan mempengaruhi kinerja kita dalam berorganisasi. Percuma gitu, kan, jika teman-teman sudah kompak tapi program kerja berantakan ? lebih percuma lagi jika program kerja berjalan tapi anggota bercerai-berai. Untuk catatan dan evaluasi terhadap kinerja kawan-kawan BEM Univ semua saya rasa sudah disampaikan oleh teman-teman lain sebelumnya. Saya harap teman-teman dari BEM Univ bisa jadi panutan untuk kelembagaan-kelembagaan lainnya. Terima kasih. Hidup Mahasiswa !!!”

“Hidup Mahasiswa !!!” gemuruh teriakan membahana bersamaan tepuk tangan untuk Evelyn. She`s so great.

***

Malam minggu, aku duduk di depan TV sambil menyeruput teh manis. Mataku menatap ke arah TV tapi fikiranku jauh melalangbuana. Memikirkan Evelyn. Lucu juga, bagaimana dengan pertemuan yang masih dalam hitungan jari di satu tangan, tapi berhasil mengganggu kendali fikiran. Dia benar-benar beda, istimewa.

 Lamunanku buyar karena ditepuk dengan buku di pipi kanan.

“Ngelamunin apaan sih, Fi?” tanya Alfa, kembaranku.

“Kepo”

“Paling  juga cewek”

“Tahu dari mana ?”

“For your information, I`m your twin, remember ?”

Sial. Bener juga ya.

“I think  i`m falling in love, bro”

For the first time! Alhamdulillah ya Allah, hormon kembaranku akhirnya bekerja” Alfa bertepuk tangan.

“Sialan”

“Eitts, tapi tunggu dulu. Falling in love versi kamu ini, jatuh cinta apa jatuh hati?”

“Emangnya beda ?”

“Ini nih, yang gak tahu lagu Raisa. Taunya lagu K-Pop doang, terus mendadak jadi suka lagu Rihanna juga”

Ohh, oke. Sepertinya Alfa bakal mengeluarkan semua amunisinya.

“Korelasinya dengan lagu Raisa apa coba ?”

“Kalau kamu jatuh cinta, kecenderungan kamu lebih kepada komitmennya, sementara jatuh hati kecenderungannya ke arah kekaguman, tanpa komitmen. Kamu yang mana jadinya?”

“Gak tahu”

If you love her, tell her. Or...”

Or what ?

“Or tell her father”

Aku jelas—mungkin belum—punya keberanian untuk menyatakan perasaan pada Evelyn. Apalagi soal komitmen. Aku baru beberapa kali bertemu dengannya, kontaknya saja aku gak punya. Bagaimana bisa aku mendekatinya ?

Tapi kata Afgan, Jodoh Pasti Bertemu, kan ? :D

END


*Sebuah kotak/wadah tempat meletakkan sirih untuk disuguhkan (sumber dari wiki dengan sedikit penyesuaian)
** Lirik lagu Take a Bow dari Rihanna




Hehehehe :D Ada yang kangen si kembar Alfa-Alfi dan Evelyn gak, nih ? Part Bonus ini spesial buat teman-teman yang udah rajin support dan kasih masukan, terkhusus di serial Broken Heart 😁 Makasih ya, gaes.

Secara sekilas, kebanyakan dari pembaca Broken Heart mengira serial ini adalah kisah romance patah hati, padahal nyatanya bukan. Tema yang kuangkat di serial ini adalah drama keluarga dengan fokus hubungan antara si kembar Alfa-Alfi. 

Kenapa kisahnya jadi drama keluarga, bukan romance patah hati ?

Simple aja sih, aku pengen mencoba memasukkan nilai-nilai kekeluargaan di ceritaku yang di serial Broken Heart adalah konflik sibling-nya.

Why sibling ?

Sibling is Everything !!!

Oiya, di Part Bonus ini menggunakan PoV Alfi, dengan cerita pertemuan pertama Alfi dengan Evelyn. Agak beda emang dr Part sebelum-sebelumnya.

Any question ? Kritik ?Saran ?
Just leave ur comment or chat me via bbm/line.

Sekali lagi, Terima Kasih semuanyaaaaaaaaaaaa *dadah-dadah*

Wassalamualaikum wr wb

Daftar Episode:
1 
2 
3 
4 
5  
Evelyn 



Komentar

  1. Kiraa part ini isinya tentang Alfa yg menemukan sang pujaan hatinya yg sungguh tidak dideskripsikan sang author sedikit pun😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Krna masih dalam serial Broken Heart, fokus romance-nya ya emg tetap tentang Alfi-Evelyn. Yang membedakan cuman PoVnya aja yg jd PoV Alfi, gak Alfa lagi.

      Kalo kisah Alfa dan pujaan hatinya (mungkin) ada cerita tersendiri

      Hapus

Posting Komentar